Wabah campak kembali menjadi ancaman nyata yang serius bagi kesehatan, terutama mengintai generasi muda. Penyakit yang disebabkan oleh virus rubeola ini dikenal sangat menular dan dapat menyebar dengan cepat di antara populasi yang tidak divaksinasi. Meskipun sering dianggap sepele, campak memiliki potensi komplikasi berat yang bisa berujung pada disabilitas permanen atau bahkan kematian. Data dari Kementerian Kesehatan per Januari 2025 menunjukkan adanya peningkatan klaster kasus campak di beberapa provinsi, menandakan bahwa kewaspadaan nasional perlu ditingkatkan sebagai respons terhadap ancaman nyata ini.
Penularan campak terjadi melalui percikan air liur atau lendir dari batuk dan bersin penderita, yang kemudian terhirup oleh orang lain. Virus ini dapat bertahan di udara atau permukaan selama beberapa jam. Anak-anak yang belum diimunisasi lengkap adalah kelompok paling rentan. Gejala awal campak meliputi demam tinggi, batuk, pilek, mata merah, dan bintik Koplik di dalam mulut, diikuti oleh ruam merah yang menyebar ke seluruh tubuh. Namun, ancaman nyata campak terletak pada komplikasinya yang serius.
Komplikasi campak meliputi pneumonia (radang paru-paru), diare berat yang dapat menyebabkan dehidrasi, infeksi telinga, dan yang paling berbahaya adalah ensefalitis (radang otak). Ensefalitis campak dapat menyebabkan kerusakan otak permanen, gangguan pendengaran, atau bahkan kematian. Ibu hamil yang terinfeksi campak juga berisiko tinggi mengalami keguguran atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Misalnya, pada sebuah seminar kesehatan anak yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 10 Juli 2024, seorang dokter spesialis anak memaparkan kasus-kasus komplikasi campak berat yang dialami balita di rumah sakit.
Mengingat ancaman nyata yang ditimbulkan oleh campak, imunisasi menjadi garis pertahanan terpenting. Vaksin Campak (biasanya dalam kombinasi MMR atau MR) terbukti sangat efektif dan aman dalam mencegah penyakit ini. Imunisasi tidak hanya melindungi individu yang divaksinasi, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian kekebalan kelompok (herd immunity) yang melindungi seluruh komunitas, termasuk bayi yang belum bisa divaksinasi atau individu dengan sistem imun yang lemah. Kampanye imunisasi massal yang digalakkan pemerintah, seperti yang terakhir dilaksanakan pada bulan Oktober 2023, bertujuan untuk memperkuat pertahanan masyarakat dari ancaman nyata campak ini.
