Kekurangan organ donor merupakan krisis global yang terus meningkat, menyebabkan daftar tunggu transplantasi yang panjang dan tragisnya, banyak nyawa hilang. Di tengah tantangan ini, rekayasa jaringan dan organ muncul sebagai harapan revolusioner, berpotensi mengubah masa depan transplantasi seperti yang kita kenal. Bidang multidisiplin ini menggabungkan prinsip-prinsip biologi, kedokteran, dan teknik untuk menciptakan jaringan dan organ fungsional in vitro (di luar tubuh) dengan tujuan menggantikan atau memperbaiki jaringan dan organ yang rusak atau gagal.
Salah satu pendekatan utama dalam rekayasa jaringan dan organ adalah penggunaan scaffold atau perancah. Scaffold merupakan struktur tiga dimensi yang berfungsi sebagai cetakan bagi pertumbuhan sel dan pembentukan jaringan baru. Material scaffold dapat berupa biomaterial alami atau sintetis yang dirancang agar biokompatibel dan dapat terurai seiring dengan pembentukan jaringan baru. Sel-sel pasien atau donor kemudian ditanamkan pada scaffold dan diberi nutrisi serta faktor pertumbuhan yang sesuai untuk berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi jenis sel yang diinginkan.
Perkembangan signifikan juga terjadi dalam bioprinting 3D, sebuah teknik yang memungkinkan pencetakan lapisan demi lapisan sel dan biomaterial untuk menciptakan struktur jaringan dan organ yang kompleks. Teknologi ini menawarkan potensi untuk membuat organ yang dipersonalisasi menggunakan sel pasien sendiri, sehingga secara drastis mengurangi risiko penolakan imun setelah transplantasi. Penelitian terkini menunjukkan kemajuan dalam mencetak struktur seperti kulit, tulang rawan, pembuluh darah, dan bahkan organoid (organ mini) yang meniru fungsi organ sebenarnya.
Selain itu, rekayasa genetika memainkan peran penting dalam memajukan bidang ini. Salah satu contohnya adalah upaya untuk merekayasa organ hewan, seperti babi, agar lebih kompatibel dengan sistem kekebalan manusia, sebuah konsep yang dikenal sebagai xenotransplantasi. Kemajuan dalam teknologi pengeditan gen seperti CRISPR membuka peluang untuk memodifikasi gen babi sehingga organnya tidak lagi memicu respons penolakan yang kuat pada manusia. Percobaan transplantasi ginjal babi yang direkayasa genetik ke manusia baru-baru ini menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Meskipun rekayasa jaringan dan organ menjanjikan solusi untuk kekurangan organ donor, tantangan signifikan masih perlu diatasi.