Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di tingkat komunitas memerlukan strategi yang tidak hanya bergantung pada respons pemerintah pusat, tetapi juga pada partisipasi aktif masyarakat lokal. Di sinilah Peran Juru Pemantau Jentik (Jumantik) menjadi elemen kunci yang sangat vital. Jumantik adalah kader kesehatan yang dilatih untuk secara rutin memeriksa dan mengedukasi warga tentang keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di lingkungan rumah tangga. Dengan fokus pada Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara mingguan, Jumantik bertindak sebagai mata dan tangan puskesmas di lapangan. Tanpa Peran Juru Pemantau Jentik yang konsisten, upaya PSN yang bersifat sporadis tidak akan efektif dalam memutus rantai penularan DBD, terutama mengingat siklus hidup nyamuk yang cepat. Data dari Dinas Kesehatan Kota Sehat pada laporan evaluasi September 2025 menunjukkan bahwa kawasan dengan aktivitas Jumantik aktif memiliki Angka Bebas Jentik (ABJ) rata-rata 98%, jauh di atas batas aman 95%.
Tugas utama dari Peran Juru Pemantau Jentik adalah melakukan survei jentik dari rumah ke rumah. Mereka tidak hanya mencari jentik di tempat-tempat penampungan air yang jelas (bak mandi), tetapi juga di tempat-tempat tersembunyi (potensi), seperti tatakan kulkas, vas bunga, atau wadah air bekas. Proses pemantauan ini harus dilakukan secara sistematis. Misalnya, di RW 05 Kelurahan Makmur, setiap hari Jumat pukul 09.00 hingga 11.00 WIB ditetapkan sebagai jadwal rutin kunjungan Jumantik. Setelah pemeriksaan, Jumantik akan mencatat temuan jentik di kartu pemantauan (kartu Jumantik) dan memberikan edukasi langsung kepada pemilik rumah tentang cara melakukan 3M Plus dengan benar.
Lebih dari sekadar pemeriksaan, Peran Juru Pemantau Jentik juga mencakup fungsi edukasi dan mobilisasi masyarakat. Mereka adalah agen perubahan yang mendorong kesadaran kolektif. Ketika kasus DBD terdeteksi di suatu area (melalui notifikasi dari puskesmas pada hari kerja), Jumantik menjadi garda terdepan dalam melaksanakan penyelidikan epidemiologi dan mengkoordinasikan kegiatan PSN fokus di sekitar rumah pasien. Melalui edukasi yang persuasif, mereka membantu masyarakat untuk Memahami Gejala dan Upaya Komprehensif pencegahan. Mereka membantu menyebarkan informasi tentang bahaya genangan air dan pentingnya pengelolaan barang bekas.
Dengan adanya Peran Juru Pemantau Jentik, kontrol terhadap Epidemiologi Demam Berdarah Dengue menjadi lebih akurat. Data yang dikumpulkan oleh Jumantik mengenai ABJ di setiap rumah tangga dan lingkungan sangat berharga bagi Puskesmas untuk menentukan prioritas intervensi, termasuk alokasi sumber daya jika diperlukan tindakan fogging terbatas. Dengan demikian, Jumantik adalah pilar dari kemandirian kesehatan komunitas, memastikan bahwa pencegahan DBD adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tugas pemerintah.
