Komplikasi yang paling umum dan seringkali menyiksa bagi penderita diabetes adalah Neuropati Diabetik, suatu kondisi di mana tingginya kadar gula darah dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan progresif pada serabut saraf, terutama saraf tepi. Kerusakan ini dapat memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara, mulai dari mati rasa, kesemutan yang mengganggu, hingga rasa sakit hebat yang seringkali digambarkan sebagai sensasi terbakar, tertusuk, atau seperti disetrum listrik. Neuropati Diabetik tidak hanya menurunkan kualitas hidup secara drastis, tetapi juga menjadi akar masalah pada komplikasi kaki diabetes, karena hilangnya sensasi rasa sakit membuat luka tidak disadari.
Kerusakan saraf akibat diabetes disebabkan oleh hiperglikemia kronis yang mengganggu aliran darah ke saraf dan memicu stres oksidatif, yang pada akhirnya merusak myelin (lapisan pelindung saraf). Gejala umum dari Neuropati Diabetik perifer—yang paling sering menyerang kaki dan tangan—cenderung memburuk di malam hari. Kondisi ini seringkali membuat pasien sulit tidur dan beristirahat, yang secara tidak langsung memperburuk kontrol gula darah dan kesehatan mental. Di Poli Neurologi Rumah Sakit Sentral Medika, Dokter Spesialis Saraf, Dr. Laila Fitri, Sp.N., mencatat bahwa per 30 September 2025, rata-rata pasien yang datang dengan keluhan rasa sakit saraf melaporkan intensitas nyeri harian pada skala 7 hingga 9 dari 10. Angka ini menegaskan tingkat keparahan gejala yang dialami.
Manajemen Neuropati Diabetik memerlukan pendekatan dua arah: kontrol gula darah yang ketat dan penggunaan obat-obatan untuk meredakan nyeri. Kontrol gula darah yang efektif (dengan target HbA1c di bawah 7%) adalah satu-satunya cara untuk menghentikan atau memperlambat perkembangan kerusakan saraf lebih lanjut. Sementara itu, nyeri neuropatik seringkali tidak responsif terhadap obat pereda nyeri biasa, sehingga diperlukan obat khusus seperti golongan antikonvulsan atau antidepresan tertentu yang bekerja menenangkan sinyal saraf yang berlebihan.
Dalam upaya edukasi dan pemantauan, di Puskesmas Tugu Kencana, Petugas Kesehatan Lingkungan Bapak Slamet Riyadi, S.K.M., secara rutin mengukur Vibratory Perception Threshold (VPT) pada pasien diabetes. Pemeriksaan sensitivitas getaran ini dilakukan setiap tiga bulan sekali untuk mendeteksi penurunan fungsi saraf tepi sedini mungkin. Pasien dengan nilai VPT yang menunjukkan neuropati harus segera dikonsultasikan lebih lanjut. Selain itu, sebuah kelompok dukungan khusus untuk penderita nyeri kronis diadakan setiap hari Jumat sore, pukul 15.00 hingga 16.30 WIB, di Ruang Serbaguna B rumah sakit, yang bertujuan memberikan dukungan psikososial. Pencegahan dan pengobatan yang komprehensif sangat penting untuk meminimalkan penderitaan yang disebabkan oleh rasa sakit tak tertahankan dari Neuropati Diabetik.